Merdeka.com - Pemuda asal Rusia bernama Jenya Bolotov ini memang penggemar berat modifikasi tubuh dan tato. Selama 7 tahun terakhir dia telah memodifikasi wajahnya dengan berbagai jenis tindik.
Tetapi tampaknya itu tak cukup untuk memuaskan keinginannya memodifikasi tubuh. Mengaku ngefans terhadap platypus, mamalia yang bertubuh mirip bebek, Bolotov merombak wajahnya hingga menyerupai hewan tersebut.
Bolotov melubangi 9 titik di wajahnya dan melebarkannya dengan lempengan yang diselipkan ke dalamnya. Tindik yang paling ekstrem adalah yang berada di kedua belah bibirnya. Sekilas tindikan itu tampak seperti yang dipraktikkan suku primitif di Afrika.
Dilaporkan situs Oddity Central, Bolotov mengaku senang bisa membuat wajahnya mirip dengan mamalia yang bereproduksi dengan bertelur itu.
"Aku suka platypus, penampilan mereka, bahkan kata 'platypus' itu sendiri," jelasnya. "Aku suka wajah dan bibirku yang sekarang tampak seperti platypus."
Photo by Oddity Central
Pemuda 26 tahun ini memang sangat menggemari tindik sejak kecil. Ia mulai tertarik melihat tindik ketika berusia 10 tahun.
"Ketika pertama kalinya melihat tindik di internet, aku sangat tertarik. "Begitu sudah lebih dewasa, aku mulai belajar cara melebarkan telinga yang saat itu masih sangat jarang. Aku menyukai hasilnya, Anda bisa melebarkan bagian tubuh hingga menjadi seperti yang Anda inginkan. Ini adalah seni yang indah."
Photo by Oddity Central
Menurut Bolotov ia menindik tubuhnya untuk meningkatkan kepercayaan diri, sebab sewaktu kecil ia adalah anak yang sangat pendiam. Dia memanfaatkan tindik sebagai jalan untuk merubah kepribadian dan hidupnya.
Sekarang setiap berjalan di tempat umum, orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh. Tetapi ia sudah terbiasa dengan reaksi semacam itu. Lagipula tak jarang pula orang yang mengirimkan surat berisi pujian karena keberaniannya memodifikasi tubuh.
"Memang butuh keberanian untuk melakukannya dan aku akan terus memodifikasi tubuhku sampai aku merasa bahagia," pungkasnya.
TEORI
Menurut
Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk
bervariasi, baru, kompleks/rumit, sensai yang intens dan pengalaman
serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan
secara financial demi sebuah pengalaman.
Dengan
menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan
kedalam empat komponen dari sensation seeking :
1. Thrill and adventure seeking : keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik
yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti
bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2. Experience seeking : mencari pengalaman baru melalui perjalanan,
lagu, seni.
3. Disinhibition : kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang
liar.
4. Boredom susceptibility : tidak melakukan pengalaman yang berulang, merasa gelisah jika melakukan pekerjaan yang sama.
Characteristics
of Sensation Seeker
Zuckerman
dan rekannya menyatakan bahwa sensation seeking dipengaruhi oleh usia. Orang yang lebih muda
akan cenderung untuk memilih pengalaman yang baru, hal yang berisiko dan
berpetualangan dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Perbedaan gender juga
didapatkan dalam empat komponen dari sensation seeking. Pria lebih memilih
thrill and adventure seeking, disinhibition, dan boredom susceptibility.
Sedangkan wanita lebih memilih experience seeking.
Behavioral
Differences
Walaupun
beberapa orang diukur dalam sensation seeking mendapatkan bahwa mereka lebih
menikmati aktivitas seperti mountain climbing, hang gliding, auto racing,
skiing, scuba diving, dan parasailing, sedangkan orang yang rendah dalam
sensation seeking biasanya tidak menyukainya. Perbedaan perilaku tidak selalu
dramatis.
Personality
Differences
Zuckerman
dan rekannya mengkorelasikan nilai Sensation Seeking Scale (SSS) dengan
mengukur factor dari kepribadian seseorang. Sebuah studi menunjukkan bahwa
nilai pada SSS lebih mencondong ke disinhibition dan berhubungan dengan factor
extraversion ‘s Eysenck. Zuckerman menyarankan tingkat sensation seeking yang
tinggi yaitu extravert, yang berarti mereka lebih memperdulikan orang lain yang
hanya sebagai penonton atau sumber dari stimulasi. Tingkat nilai SSS yang lebih
tinggi lebih terbuka mengekspresikan emosi mereka.
Cognitive
Processes
Penelitian
tambahan tentang sensastion seeking untuk proses kognitif pada pikiran,
persepsi dan intelegensi. Nilai sensation seekers yang tinggi didapatkan lebih
mengenal simbol dan bentuk lebih cepat dibandingkan dengan nilai yang lebih
rendah, yang berarti nilai yang lebih tinggi dapat memproses sebuah informasi
lebih cepat.
Occupational
Preferences
Dikarenakan
nilai yang lebih tinggi memiliki kebutuhan stimulasi yang lebih besar dan
pengalaman yang bervariasi, mereka lebih memilih pekerjaan yang berbeda
dibandingkan dengan yang nilai lebih rendah. Pria yang mendapatkan skor yang
lebih tinggi pada SSS juga mendapatkan skor yang tinggi pada Strong Vocational
Interest Blank scales menunjukkan ketertarikan dalam membantu profesi seperti
psikolog, psikiater, pekerja sosial dan menteri. Sedangkan wanita yang
mendapatkan skor yang tinggi menunjukan ketertarikan dalam pekerjaan sebagai
pengacara dan yang mendapatkan skor yang rendah memilih menjadi guru SD dan
ahli diet.
Attitudes
Skor
yang lebih tinggi pada SSS menunjukkan sikap permisif pada perilaku seksual.
Sedangkan yang mendapatkan skor lebih rendah lebih memilih untuk rajin
beribadah.
Physiological
Differences
Zuckerman
dan rekannya mendapatkan bahwa tinggi rendahnya sensation seeking menunjukkan
perbedaan respon fisiologi terhadap stimulus. Skor yang lebih tinggi lebih
dapat menangani sakit, suara kuat ataupun stimulus yang mengakibatkan stress
dibandingkan dengan yang mendapatkan skor yang lebih rendah.
Heredity
versus Environment
Peneliti
menggunakan perbandingan kembar yang menunjukan bahwa hereditas merupakan basis
dari factor kepribadian sensation seeking. Meskipun sensastion seeking awalnya
diturunkan dari keluarga, Zuckerman juga menyadari bahwa situasi dari
lingkungan juga merupakan factor yang mempengaruhi.
Reflections
on Sensation Seeking
Sensation
seeking memiliki daya tarik akal sehat. Lebih mudah untuk menerima ide
seseorang yang membutuh kesenangan dan resiko, perubahan dan petualangan. Kita
dapat mendeskripsikan level sensation seeking kita sendiri dan dengan penilaian
yang adil serta akurat pada level pertemanan dan relative dengan
mempertimbangkan aktivitas yang mereka nikmati atau yang mereka hindari.
PEMBAHASAN TEORI
Dari fenomena diatas,Pemuda asal Rusia bernama Jenya Bolotov termasuk orang yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi. Karena Bolotov melakukan hal-hal yang tidak biasa demi mendapatkan kepuasan baginya.
Jika ditinjau dari empat komponen sensation seeking menurut Zuckerman, yaitu:
1. Thrill and adventure seeking. Ditinjau dari fenomena Bolotov, ia melakukan kegiatan yang memiliki bahaya karena dia mentato dirinya dan memodifikasi badannya dengan berbagai tindik.
2. Experience seeking : Bolotov termasuk orang yang tertarik dengan seni, seni yang berada ditubuhnya sehingga dia merombak wajahnya menyerupai hewan platypus karena kesukaannya terhadap hewan tersebut.
3. Disinhibition : Bolotov melakukan ini untuk mencari aktivitas sosialnya, dia melakukan untuk memperoleh kebahagiannya,dan aktivitasnya ini merupakan aktivitas sosial yang liar.
4. Boredom susceptibility : Bolotov mengatakan bahwa dia akan terus memodifikasi tubuhnya sampai dia merasa bahagia, dan dia dari kecil sudak mulai menyukai hal itu sampai akhirnya dia merombak dirinya mirip platypus.
Characteristics of Sensation Seeker
Behavioral Differences
Bolotov mengaku dia melakukannya untuk kebahagiaannya padahal mungkin orang lain tidak menyukai apa yang dia sukai.Karena dia menyukai aktivitas yang ekstrim tersebut makanya dia bisa dikatakan memiliki sensation seeking yang tinggi.
Personality Differences
Kemungkinan Bolotov memiliki kepribadian ektrovert menurut Eysenck dikarenakan Bolotov melakukan aktivitas liar atau disinhibiton yang cukup tinggi. Dan dikatakan juga Zuckerman bahwa yang sensation seekingnya tinggi merupakan ekstrovert.
Cognitive Processes
Bolotov kemungkinan memiliki cognitive processes pada pikiran, persepsi, dan intelegensi yang cukup tinggi karena memiliki sensation seeking yang tinggi.
Attitudes
Cognitive Processes
Bolotov kemungkinan memiliki cognitive processes pada pikiran, persepsi, dan intelegensi yang cukup tinggi karena memiliki sensation seeking yang tinggi.
Attitudes
Bolotov melakukan hal ini untuk memperoleh kebahagiannya. Bolotov sudah sering menerima pujian dari orang lain karena keberaniannya merombak wajahnya mirip hewan platypus. Bolotov juga sudah terbiasa ditatap dengan tatapan aneh oleh orang-orang yang melihatnya.
Physiological Differences
Bolotov pastinya sering merasakan sakit dari mulai mentato yang pastinya sakit, menindik bibirnya yang juga sakit, dan melebarkan telinga, juga merombak wajahnya menyerupai platypus tapi tetap saja dia melakukannya karena menurutnya itu merupakan seni yang indah.
Heredity versus Environment
Kemungkinan sensation seeking yang dimiliki oleh Bolotov karena berasal dari keturunan dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Reflections on Sensation Seeking
Bolotov sering mendapatkan surat yang berisi pujian akan keberaniannya melakukan perombakan pada wajahnya. Dia juga sering ditatap dengan tatapan aneh , dan dia sudah terbiasa dengan hal itu, menurutnya itu sudah biasa.
Sumber : http://www.merdeka.com/gaya/pemuda-penggila-tindik-ini-ubah-diri-sendiri-menjadi-platypus.html