Selasa, 30 Desember 2014

Analisis Fenomena Berdasarkan Teori Marvin Zuckerman Pemuda Penggila Tindik ini Ubah Diri Sendiri Menjadi Platypus



Merdeka.com - Pemuda asal Rusia bernama Jenya Bolotov ini memang penggemar berat modifikasi tubuh dan tato. Selama 7 tahun terakhir dia telah memodifikasi wajahnya dengan berbagai jenis tindik.



Tetapi tampaknya itu tak cukup untuk memuaskan keinginannya memodifikasi tubuh. Mengaku ngefans terhadap platypus, mamalia yang bertubuh mirip bebek, Bolotov merombak wajahnya hingga menyerupai hewan tersebut.




Bolotov melubangi 9 titik di wajahnya dan melebarkannya dengan lempengan yang diselipkan ke dalamnya. Tindik yang paling ekstrem adalah yang berada di kedua belah bibirnya. Sekilas tindikan itu tampak seperti yang dipraktikkan suku primitif di Afrika.


Dilaporkan situs Oddity Central, Bolotov mengaku senang bisa membuat wajahnya mirip dengan mamalia yang bereproduksi dengan bertelur itu.



"Aku suka platypus, penampilan mereka, bahkan kata 'platypus' itu sendiri," jelasnya. "Aku suka wajah dan bibirku yang sekarang tampak seperti platypus."

Photo by Oddity Central



Pemuda 26 tahun ini memang sangat menggemari tindik sejak kecil. Ia mulai tertarik melihat tindik ketika berusia 10 tahun. 




"Ketika pertama kalinya melihat tindik di internet, aku sangat tertarik. "Begitu sudah lebih dewasa, aku mulai belajar cara melebarkan telinga yang saat itu masih sangat jarang. Aku menyukai hasilnya, Anda bisa melebarkan bagian tubuh hingga menjadi seperti yang Anda inginkan. Ini adalah seni yang indah."
Photo by Oddity Central



Menurut Bolotov ia menindik tubuhnya untuk meningkatkan kepercayaan diri, sebab sewaktu kecil ia adalah anak yang sangat pendiam. Dia memanfaatkan tindik sebagai jalan untuk merubah kepribadian dan hidupnya.




Sekarang setiap berjalan di tempat umum, orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh. Tetapi ia sudah terbiasa dengan reaksi semacam itu. Lagipula tak jarang pula orang yang mengirimkan surat berisi pujian karena keberaniannya memodifikasi tubuh.




"Memang butuh keberanian untuk melakukannya dan aku akan terus memodifikasi tubuhku sampai aku merasa bahagia," pungkasnya.



TEORI



Menurut Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi, baru, kompleks/rumit, sensai yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman.

Dengan menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan kedalam empat komponen dari sensation seeking :
1. Thrill and adventure seeking : keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2. Experience seeking : mencari pengalaman baru melalui perjalanan, lagu, seni.
3. Disinhibition : kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang liar.
4. Boredom susceptibility : tidak melakukan pengalaman yang berulang, merasa gelisah jika melakukan pekerjaan yang sama. 

Characteristics of Sensation Seeker

Zuckerman dan rekannya menyatakan bahwa sensation seeking  dipengaruhi oleh usia. Orang yang lebih muda akan cenderung untuk memilih pengalaman yang baru, hal yang berisiko dan berpetualangan dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Perbedaan gender juga didapatkan dalam empat komponen dari sensation seeking. Pria lebih memilih thrill and adventure seeking, disinhibition, dan boredom susceptibility. Sedangkan wanita lebih memilih experience seeking.

Behavioral Differences
Walaupun beberapa orang diukur dalam sensation seeking mendapatkan bahwa mereka lebih menikmati aktivitas seperti mountain climbing, hang gliding, auto racing, skiing, scuba diving, dan parasailing, sedangkan orang yang rendah dalam sensation seeking biasanya tidak menyukainya. Perbedaan perilaku tidak selalu dramatis.

Personality Differences
Zuckerman dan rekannya mengkorelasikan nilai Sensation Seeking Scale (SSS) dengan mengukur factor dari kepribadian seseorang. Sebuah studi menunjukkan bahwa nilai pada SSS lebih mencondong ke disinhibition dan berhubungan dengan factor extraversion ‘s Eysenck. Zuckerman menyarankan tingkat sensation seeking yang tinggi yaitu extravert, yang berarti mereka lebih memperdulikan orang lain yang hanya sebagai penonton atau sumber dari stimulasi. Tingkat nilai SSS yang lebih tinggi lebih terbuka mengekspresikan emosi mereka.

Cognitive Processes
Penelitian tambahan tentang sensastion seeking untuk proses kognitif pada pikiran, persepsi dan intelegensi. Nilai sensation seekers yang tinggi didapatkan lebih mengenal simbol dan bentuk lebih cepat dibandingkan dengan nilai yang lebih rendah, yang berarti nilai yang lebih tinggi dapat memproses sebuah informasi lebih cepat.

Occupational Preferences
Dikarenakan nilai yang lebih tinggi memiliki kebutuhan stimulasi yang lebih besar dan pengalaman yang bervariasi, mereka lebih memilih pekerjaan yang berbeda dibandingkan dengan yang nilai lebih rendah. Pria yang mendapatkan skor yang lebih tinggi pada SSS juga mendapatkan skor yang tinggi pada Strong Vocational Interest Blank scales menunjukkan ketertarikan dalam membantu profesi seperti psikolog, psikiater, pekerja sosial dan menteri. Sedangkan wanita yang mendapatkan skor yang tinggi menunjukan ketertarikan dalam pekerjaan sebagai pengacara dan yang mendapatkan skor yang rendah memilih menjadi guru SD dan ahli diet.

Attitudes
Skor yang lebih tinggi pada SSS menunjukkan sikap permisif pada perilaku seksual. Sedangkan yang mendapatkan skor lebih rendah lebih memilih untuk rajin beribadah.

Physiological Differences
Zuckerman dan rekannya mendapatkan bahwa tinggi rendahnya sensation seeking menunjukkan perbedaan respon fisiologi terhadap stimulus. Skor yang lebih tinggi lebih dapat menangani sakit, suara kuat ataupun stimulus yang mengakibatkan stress dibandingkan dengan yang mendapatkan skor yang lebih rendah.

Heredity versus Environment
Peneliti menggunakan perbandingan kembar yang menunjukan bahwa hereditas merupakan basis dari factor kepribadian sensation seeking. Meskipun sensastion seeking awalnya diturunkan dari keluarga, Zuckerman juga menyadari bahwa situasi dari lingkungan juga merupakan factor yang mempengaruhi.

Reflections on Sensation Seeking
Sensation seeking memiliki daya tarik akal sehat. Lebih mudah untuk menerima ide seseorang yang membutuh kesenangan dan resiko, perubahan dan petualangan. Kita dapat mendeskripsikan level sensation seeking kita sendiri dan dengan penilaian yang adil serta akurat pada level pertemanan dan relative dengan mempertimbangkan aktivitas yang mereka nikmati atau yang mereka hindari.

PEMBAHASAN TEORI

Dari fenomena diatas,Pemuda asal Rusia bernama Jenya Bolotov termasuk orang yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi. Karena Bolotov melakukan hal-hal yang tidak biasa demi mendapatkan kepuasan baginya. 

Jika ditinjau dari empat komponen sensation seeking menurut Zuckerman, yaitu:
1. Thrill and adventure seeking. Ditinjau dari fenomena Bolotov, ia melakukan kegiatan yang memiliki bahaya karena dia mentato dirinya dan memodifikasi badannya dengan berbagai tindik.
2. Experience seeking : Bolotov termasuk orang yang tertarik dengan seni, seni yang berada ditubuhnya sehingga dia merombak wajahnya menyerupai hewan platypus karena kesukaannya terhadap hewan tersebut.
3. Disinhibition : Bolotov melakukan ini untuk mencari aktivitas sosialnya, dia melakukan untuk memperoleh kebahagiannya,dan aktivitasnya ini merupakan aktivitas sosial yang liar.
4Boredom susceptibility : Bolotov mengatakan bahwa dia akan terus memodifikasi tubuhnya sampai dia merasa bahagia, dan dia dari kecil sudak mulai menyukai hal itu  sampai akhirnya dia merombak dirinya mirip platypus. 

Characteristics of Sensation Seeker

Behavioral Differences
Bolotov mengaku dia melakukannya untuk kebahagiaannya padahal mungkin orang lain tidak menyukai apa yang dia sukai.Karena dia menyukai aktivitas yang ekstrim tersebut makanya dia bisa dikatakan memiliki sensation seeking yang tinggi.

Personality Differences
Kemungkinan Bolotov memiliki kepribadian ektrovert menurut Eysenck dikarenakan Bolotov melakukan aktivitas liar atau disinhibiton yang cukup tinggi. Dan dikatakan juga Zuckerman bahwa yang sensation seekingnya tinggi merupakan ekstrovert.

Cognitive Processes 
Bolotov kemungkinan memiliki cognitive processes pada pikiran, persepsi, dan intelegensi yang cukup tinggi karena memiliki sensation seeking yang tinggi.

Attitudes
Bolotov melakukan hal ini untuk memperoleh kebahagiannya. Bolotov sudah sering menerima pujian dari orang lain karena keberaniannya merombak wajahnya mirip hewan platypus. Bolotov juga sudah terbiasa ditatap dengan tatapan aneh oleh orang-orang yang melihatnya.

Physiological Differences
Bolotov pastinya sering merasakan sakit dari mulai mentato yang pastinya sakit, menindik bibirnya yang juga sakit, dan melebarkan telinga, juga merombak wajahnya menyerupai platypus tapi tetap saja dia melakukannya karena menurutnya itu merupakan seni yang indah. 

Heredity versus Environment
Kemungkinan sensation seeking yang dimiliki oleh Bolotov karena berasal dari keturunan dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Reflections on Sensation Seeking
Bolotov sering mendapatkan surat yang berisi pujian akan keberaniannya melakukan perombakan pada wajahnya. Dia juga sering ditatap dengan tatapan aneh , dan dia sudah terbiasa dengan hal itu, menurutnya itu sudah biasa. 

Sumber : http://www.merdeka.com/gaya/pemuda-penggila-tindik-ini-ubah-diri-sendiri-menjadi-platypus.html




Minggu, 15 Juni 2014

STRESS

STRESS 

      Berikut adalah sumber-sumber stress :
  • Life events
Beberapa kejadian negatif yang biasanya memberikan dampak stress yang paling besar adalah sebagai berikut :
a.       Kriminalitas, pelecehan seksual, dan kekerasan.
b.      Kehilangan anggota keluarga.
c.       Bencana alam.
d.      Terorisme.
e.       Daily hasless (masalah sehari-hari).
Selain hal-hal negatif di atas, juga ada beberapa hal positif yang dapat mengakibatkan stress. Contohnya adalah saat seseorang baru lulus dari sekolah maupun kuliah, saat seseorang baru menikah, maupun saat seseorang baru memiliki anak.
  •   Frustation (frustasi)
Frustasi adalah hasil yang kita dapatkan ketika kita tidak bisa menemukan penyelesaian dari masalah yang sedang dihadapi atau ketika hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita.
  • Conflict (konflik)
Konflik hampir sama dengan frustasi. Konflik terjadi ketika dua atau lebih masalah atau harapan tidak dapat diselesaikan atau dipenuhi keduanya atau lebih karena saling bertolak belakang satu sama lain.
Ada 4 jenis konflik approach dan avoidance :
a.       Approach-approach conflict
Dalam approach-approach conflict, seseorang harus memilih di antara 2 pilihan yang keduanya sama-sama positif.
b.      Avoidance-avoidance conflict
Dalam avoidance-avoidance conflict, kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama negatif.
c.       Approach-avoidance conflict
Dalam approach-avoidance conflict, kita dihadapkan pada pilihan yang salh satunya positif dan satunya lagi adalah negatif.
d.      Multiple approach-avoidance conflict
Dalam multiple approach-avoidance conflict, kita dihadapkan pada 2 pilihan, yang tiap pilihan memiliki konsekuensi yang positif sekaligus negatif.Jadi, kedua pilihan tersebut sama-sama memiliki konsekuensi yang positif dan negatif.
  • Pressure (tekanan)
Tekanan adalah stress yang muncul akibat dari ancaman dari suatu kejadian yang negatif. 

  •  Environmental condition (kondisi lingkungan)
Kondisi lingkungan juga dapat mengakibatkan kita menjadi stress.Kondisi lingkungan ini berhubungan dengan polusi udara, suhu atau temperatur udara, polusi suara, dan lain-lain.

Faktor yang Mempengaruhi Reaksi terhadap Stress

1. Pengalaman sebelumnya dengan stress
Reaksi pada stress biasanya tidak akan parah ketika seseorang telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan stress.
 
2. Faktor perkembangan
Dampak dari stress biasanya berbeda pada usia yang berbeda pula. 

     3. Prediktabilitas dan kontrol
Keyakinan bahwa kita dapat mengendalikan suatu keadaan, bisa jadi memperkecil kecemasan kita terhadap keadaan tersebut, walaupun kita tidak pernah melakukan kendali tersebut.

4.  Dukungan sosial
Pada umumnya, besarnya reaksi terhadap stress berkurang pada seseorang dengan jaringan dukungan sosial yang baik atau teman dan anggota keluarga. Individu dengan dukungan lingkungan yang luas akan dapat mengatasi stress lebih baik daripada individu dengan lingkungan yang terbatas. Seseorang dengan dukungan yang baik biasanya reaksi stressnya terhadap peristiwa yang buruk berkurang. 

 Dua aspek dukungan sosial yang sangat mempengaruhi individu melawan stress:
a.      Someone to talk to (Seseorang untuk diajak bicara).
Mencurahkan isi hati kita kepada seseorang sangat baik bagi kita untuk dapat memulihkan keadaan kita dari kondisi stress. Dengan mengajak seseorang untuk berbicara bisa melegakan suasana hati sang individu yang mencurahkan hatinya dan mengurangi kondisi stress tersebut.
b.      Receiving advice and solace (Menerima saran dan solusi).
Membagi sedikit keadaan buruk kita kepada seseorang sangatlah baik bagi kesehatan kita. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki dukungan sosial yang baik akan lebih sehat dibandingkan yang tidak.